Warga Palestina merayakan Idul Fitri di masjid dan rumah yang hancur. ‘Tidak ada keceriaan:’ Masyarakat Palestina rayakan Idul Fitri di mushola dan rumah yang remuk, saat perang Israel di Gaza kacau
Mohammad duduk ada di belakang gerobak yang di ambil keledai, jalan telusuri tersisa jalan, dari sisi barang-barang yang sukses dia mengambil dari tempat tinggalnya yang rata. Rabu semestinya mengidentifikasi perayaan Idul Fitri; kebalikannya, ini jadi pengingat akan kehilangan juta-an orang di Gaza.
Mohammad barusan kembali lagi ke Khan Younis, kota Gaza tengah yang di bombardir oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sepanjang beberapa bulan sampai penarikan mereka di hari Minggu.
Di dekatnya, seorang pria lain barusan ambil beberapa barang di tempat tinggalnya yang remuk. Ia ambil baju Idul Fitri putrinya saat ia pergi, walaupun putrinya tidak dapat menggunakannya.
Umat Muslim bergabung di Idul Fitri untuk mengidentifikasi akhir Ramadhan dan memperlihatkan rasa sukur ke Allah. Warga di Gaza, seperti di beberapa negara Muslim yang lain, umumnya rayakan hari itu secara berjumpa dengan keluarga mereka dan share makanan dengan jumlah besar.
Tetapi tahun ini beberapa rumah di daerah kantong itu remuk, dan 2,dua juta orang di Gaza tidak mempunyai cukup makanan, dan 1/2 dari warganya ada di tingkat kelaparan, berdasar laporan yang di sokong PBB yang di edarkan bulan kemarin.
Warga Palestina merayakan Idul Fitri di masjid dan rumah yang hancur
Perang Israel di Gaza sudah tewaskan lebih dari 33.400 masyarakat Palestina – beberapa ialah wanita dan beberapa anak – menurut Kementerian Kesehatan di daerah kantong itu. Lebih dari 76.000 orang cedera. “Idul Fitri sekarang ini pada intinya telah mati. Tidak ada keceriaan, tidak ada keceriaan,” kata Ahlam Saleh, yang pindah dari Gaza utara pada tahapan awalnya perang Israel dengan Hamas dan semenjak itu ada di Deir al Balah, di tengah Lajur Gaza.
“Beberapa anak akan bangun untuk rayakan Idul Fitri ini hari tanpa orangtua,” ucapnya ke CNN. Saleh sudah gabung sama perempuan lain di Deir al Balah untuk membikin ka’ak. Biskuit yang umumnya di konsumsi saat perayaan Idul Fitri. Untuk beberapa anak kota. “Kami berusaha menyenangkan beberapa anak kami, menyenangkan beberapa orang di sekitaran kami. Mengingati mereka akan wewangian Idul Fitri,” katanya. “Kami tidak punyai apapun kembali untuk diberikan ke beberapa anak terkecuali ini.”
Ini ialah Idul Fitri yang tidak bisa di kenang oleh beberapa masyarakat Gaza. Perayaan sebetulnya nyaris mustahil di laksanakan di daerah kantong mana saja. Di mana PBB menjelaskan lebih dari 70% rumah sudah rusak atau remuk semenjak Oktober.